Kabupaten Pat
Kabupaten Pati
|
|
Dasar hukum
|
UU No. 13/1950
|
Pemerintahan
|
|
Luas
|
1.419,07 km2
|
Populasi
|
|
- Total
|
1.189.000 jiwa (2003)
|
- Kepadatan
|
837,87 jiwa/km2
|
Demografi
|
|
0295
|
|
Pembagian administratif
|
|
21
|
|
405
|
|
???
|
|
- Situs web
|
Kabupaten Pati, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Pati. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawadi utara, Kabupaten Rembang di timur, Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan di selatan, serta Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara di barat.
Sejarah Pati
Sejarah Kabupaten Pati berpangkal tolak dari
beberapa gambar yang terdapat pada Lambang Daerah Kabupaten Pati yang sudah disahkan
dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1971 yaitu Gambar yang berupa: "keris
rambut pinutung dan kuluk kanigara".
Menurut cerita rakyat dari mulut ke mulut yang
terdapat juga pada kitab Babat Pati dan kitab Babat lainnya dua pusaka yaitu "keris rambut pinutung dan
kuluk kanigara" merupakan lambang kekuasan dan kekuatan yang juga
merupakan simbul kesatuan dan persatuan.
Barangsiapa yang memiliki dua pusaka tersebut, akan
mampu menguasai dan berkuasa memerintah di Pulau Jawa. Adapun yang memiliki dua
pusaka tersebut adalah Raden Sukmayana penggede Majasemi andalan Kadipaten Carangsoka.
Kevakuman Pemerintahan di Pulau Jawa
Menjelang akhir abad ke XIII sekitar tahun 1292 Masehi
di Pulau Jawa vakum penguasa pemerintahan yang
berwibawa. Kerajaan Pajajaranmulai runtuh, Kerajaan Singasari surut, sedang Kerajaan Majapahit belum berdiri.
Di Pantai utara Pulau Jawa Tengah sekitar Gunung Muria bagian Timur muncul penguasa lokal yang mengangkat dirinya sebagai adipati, wilayah kekuasaannya disebut kadipaten.
Ada dua penguasa lokal di wilayah itu yaitu. 1.
Penguasa Kadipaten Paranggaruda, Adipatinya bernama Yudhapati, wilayah kekuasaannya
meliputi sungai Juwana ke selatan, sampai pegunungan Gamping Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan. Mempunyai putra
bernama Raden Jasari. 2. Penguasa Kadipaten Carangsoka, Adipatinya bernama: Puspa Andungjaya, wilayah kekuasaannya
meliputi utara sungai Juwana sampai pantai Utara Jawa Tengah bagian timur. Adipati Carangsoka mempunyai seorang putri bernama Rara Rayungwulan
Kadipaten Carangsoka dan Paranggaruda Berbesanan
Kedua Kadipaten tersebut hidup rukun dan damai, saling
menghormati dan saling menghargai untuk melestarikan kerukunan dan memperkuat
tali persaudaraan, Kedua adipati tersebut bersepakat untuk mengawinkan putra
dan putrinya itu. Utusan Adipati Paranggaruda untuk meminang Rara Rayungwulan telah diterima, namun calon mempelai putri minta bebana agar pada saat
pahargyan boja wiwaha daup (resepsi) dimeriahkan dengan pagelaran wayang dengan
dalang kondang yang bernama "Sapanyana".
Untuk memenuhi bebana itu, Adipati Paranggaruda menugaskan penggede kemaguhan bernama Yuyurumpung agul-agul Paranggaruda. Sebelum melaksanakan tugasnya, lebih dulu Yuyurumpung
berniat melumpuhkan kewibawaan Kadipaten Carangsoka dengan cara menguasai dua pusaka milik Sukmayana di Majasemi. Dengan
bantuan uSondong Majerukn kedua pusaka itu dapat dicurinya namun sebelum dua
pusaka itu diserahkan kepada Yuyurumpung, dapat direbut kembali oleh Sondong
Makerti dari Wedari. Bahkan Sondong Majeruk tewas dalam perkelahian dengan Sondong
Makerti. Dan Pusaka itu diserahkan kembali kepada Raden Sukmayana. Usaha Yuyurumpung
untuk menguasai dan memiliki dua pusaka itu gagal.
Walaupun demikian Yuyurumpung tetap melanjutkan tugasnya untuk mencari Dalang Sapanyana agar perkawinan
putra Adipati Paranggaruda tidak mangalami kegagalan (berhasil dengan baik).
Pada Malam pahargyan bojana wiwaha (resepsi)
perkawinaan dapat diselenggarakan di Kadipaten Carangsoka dengan Pagelaran
Wayang Kulit oleh Ki Dalang Sapanyana. Di luar dugaan pahargyan baru saja
dimulai, tiba-tiba mempelai putri meninggalkan kursi pelaminan menuju ke panggung
dan seterusnya melarikan diri bersama Dalang Sapanyana. Pahargyan perkawinan
antara " Raden Jasari " dan " Rara Rayungwulan " gagal
total.
Adipati Yudhapati merasa dipermalukan, emosi tak dapat dikendalikan lagi. Sekaligus
menyatakan permusuhan terhadap Adipati Carangsoka. Dan peperangan tidak dapat
dielakkan. Raden Sukmayana dari Kadipaten Carangsoka mempimpin prajurit Carangsoka, mengalami luka parah dan kemudian wafat.
Raden Kembangjaya (adik kandung Raden Sukmayana) meneruskan peperangan. Dengan
dibantu oleh Dalang Sapanyana, dan yang menggunakan kedua pusaka itu dapat
menghancurkan prajurit Paranggaruda. Adipati Paranggaruda, Yudhapati dan putera
lelakinya gugur dalam palagan membela kehormatan dan gengsinya.
Oleh Adipati Carangsoka, karena jasanya Raden
Kembangjaya dikawinkan dengan Rara Rayungwulan kemudian diangkat menjadi pengganti Carangsoka. Sedang dalang
Sapanyana diangkat menjadi patihnya dengan nama " Singasari ".
[Kadipaten Pesantenan
Untuk mengatur pemerintahan yang semakin luas
wilayahnya ke bagian selatan, Adipati Raden Kembangjaya memindahkan pusat pemerintahannya dari Carangsoka ke Desa Kemiri dengan
mengganti nama " Kadipaten Pesantenan dengan gelar " Adipati Jayakusuma di Pesantenan.
Adipati Jayakusuma hanya mempunyai seorang putra tunggal yaitu " Raden Tambra ". Setelah ayahnya wafat, Raden Tambra diangkat menjadi Adipati Pesantenan, dengan gelar " Adipati
Tambranegara ". Dalam menjalankan tugas pemerintahan Adipati Tambranegara bertindak arif dan bijaksana. Menjadi songsong agung yang sangat
memperhatikan nasib rakyatnya, serta menjadi pengayom bagi hamba sahayanya.
Kehidupan rakyatnya penuh dengan kerukunan, kedamaian, ketenangan dan
kesejahteraannya semakin meningkat.
]Kabupaten Pati
Untuk dapat mengembangkan pembangunan dan memajukan
pemerintahan di wilayahnya Adipati Raden Tambranegara memindahkan pusat
pemerintahan Kadipaten Pesantenan yang semula berada di desa Kemiri menuju ke
arah barat yaitu, di desa Kaborongan, dan mengganti nama Kadipaten Pesantenan
menjadi Kadipaten Pati.
Dalam prasasti Tuhannaru, yang diketemukan di desa
Sidateka, wilayah Kabupaten Majakerta yang tersimpan di musium Trowulan. Prasasti
itu terdapat pada delapan Lempengan Baja, dan bertuliskan huruf Jawa kuna. Pada
lempengan yang keempat antara lain berbunyi bahwa : ..... Raja Majapahit,
Raden Jayanegara menambah gelarnya dengan Abhiseka Wiralanda Gopala pada
tanggal 13 Desember 1323 M. Dengan patihnya yang setia dan berani bernama Dyah Malayuda dengan gelar
"Rakai", Pada saat pengumuman itu bersamaan dengan pisuwanan agung
yang dihadiri dari Kadipaten pantai utara Jawa Tengah bagian Timur termasuk
Raden Tambranegara berada di dalamnya.
Pati Bagian dari Majapahit
Raja Jayanegara dari Majapahit mengakui wilayah kekuasaan para Adipati
itu dengan memberi status sebagai tanah predikan, dengan syarat bahwa para
Adipati itu setiap tahun harus menyerahkan Upeti berupa bunga.
Bahwa Adipati Raden Tambranegara juga hadir dalam
pisuwanan agung di Majapahit itu terdapat juga dalam Kitab Babad Pati,
yang disusun oleh K.M. Sosrosumarto dan S.Dibyasudira, diterbitkan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1980. Halaman 34,
Pupuh Dandanggula pada : 12 yang lengkapnya berbunyi : ..... Tan
alami pajajaran kendhih, keratonnya ing tanah Jawa angalih Majapahite, ingkang
jumeneng ratu, Brawijaya ingkang kapih kalih, ya Jaka Pekik wasta, putra Jaka
Suruh, Kyai Ageng Pathi nama, Raden Tambranegarasumewa maring Keraton Majalengka.
Artinya Tidak lama kemudian Kerajaan Pajajaran kalah,
Kerajaan Tanah Jawa lalu pindah ke Majapahit, adapun yang menjadi rajanya adalah Brawijaya II, yaitu Jaka Pekik
namanya, putranyaJaka Suruh. Pada waktu itu Kyai
Ageng Pati, yang bernama Tambranegara menghadap ke Majalengka, yaitu Majapahit.
Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa Raden Tambranegara Adipati Pati turut serta hadir dalam pisowanan agung di Majapahit. Pisowanan agung yang dihadiri oleh Raden Tambranegara ke Majapahit pada tanggal 13 Desember 1323, maka diperkirakan
bahwa pindahnya Kadipaten Pesantenan dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan dan menjadi Kabupaten Pati itu pada bulan
Juli dan Agustus 1323 M (Masehi). Ada tiga tanggal yang baik pada bulan Juli
dan Agustus 1323 yaitu : 3 Juli, 7 Agustus dan 14 Agustus 1323.
Hari Jadi Pati
Kemudian diadakan seminar pada tanggal 28 September 1993 di Pendopo Kabupaten Pati yang dihadiri oleh para
perwakilan lapisan masyarakat Kabupaten Pati, para guru sejarah SMA
se Kabupaten Pati, Konsultan, Dosen Fakultas Sastra dan Sejarah UNDIP Semarang,
secara musyawarah dan sepakat memutuskan bahwa pada tanggal 7 Agustus 1323
sebagai hari kepindahanKadipaten Pesantenan di Desa Kemiri ke Desa Kaborongan menjadi Kabupaten Pati.
Tanggai 7 Agustus 1323 sebagai HARI JADI KABUPATEN PATI telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor : 2/1994
tanggal 31 Mei 1994, sehingga menjadi
momentum Hari Jadi Kabupaten Pati dengan surya sengkala
" KRIDANE PANEMBAH GEBYARING BUMI " yang bermakna " Dengan
bekerja keras dan penuh do'a kita gali Bumi Pati untuk meningkatkan
kesejahteraan lahiriah dan batiniah ". Untuk itu maka setiap tanggal 7
Agustus 1323 yang ditetapkan dan diperingati sebagai "Hari Jadi Kabupaten Pati".
Geografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati adalah dataran
rendah. Bagian selatan (perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora) terdapat rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian barat laut
(perbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara) berupa perbukitan. Sungai terbesar adalah Sungai Juwana, yang bermuara di daerah Juwana.
Ibukota Kabupaten Pati terletak tengah-tengah wilayah
Kabupaten, berada di jalur pantura Semarang-Surabaya, sekitar 75 km sebelah timur Semarang. Jalur ini merupakan jalur ramai yang menunjukkan
diri sebagai jalur transit. Kelemahan terbesar dari jalur ini adalah kecilnya
jalan, hanya memuat dua jalur, sehingga untuk berpapasan cukup sulit.
Terdapat sungai besar yaitu Sungai Juwana. Saat musim penghujan
sudah terbiasa sungai ini meluap, sehingga pemerintah Jawa Tengah membentuk
lembaga yang berfungsi menanggulangi banjir yang bernama Jatrunseluna.
Pembagian administratif
Kabupaten Pati terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas
400 desa dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Pati.
Kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan
adalah Juwana dan Tayu, keduanya merupakan kota pelabuhan yang berada di pesisir Laut Jawa, juga Kecamatan Winong.
Slogan: Pati Bumi Mina Tani.
Diharapkan Pati menjadi daerah sentra perikanan dan
pertanian di Indonesia.
2. Bp Soelaiman
Dwijosoekarto atau Mbah Leman. Beliau adalah Pencipta lambang daerah kabupaten
Pati
8. M. Soegijono atau pak
Giek, yang mendirikan SMP Rondole ditahun 1943, lalu ganti nama menjadi SMP N 1
Pati.
9. KH.Muhammad Yuda
10. Drs. H. Imam Suroso, MM
( Pengusaha, Politikus )
11. Anis Sholeh Ba'asyin
(Budayawan)
12. H. Muhammad Zuhri
(Budayawan)
Pariwisata
Mesjid Pati di tahun
1930-an
Air Terjun Tadah Hujan
Pintu masuk kolam renang
dan kolam pemancingan
wisata Alam
Wisata Sejarah
Wisata Keluarga
§ Juwana Water Fantasy,
Jl. Juwana - Rembang Km.8 Ds. Bumimulyo (Mujil) Kec. Batangan Kab. Pati
§ Byar-Byur water park,
Jl. Kolonel sunandar Ds.Winong (Yakem).Kec. Pati Kab. Pati
Wisata Religi
§ Makam Saridin (Syeh
Jangkung), di Kecamatan Kayen Pati
§ Makam Ki Ageng Singo
Padu (Patih Carang Soko)di Desa Ngurenrejo Kec. Wedarijaksa Kab. Pati
§ Makam Nyai Ageng Ngerang
di Dukuh Ngerang Desa Tambakromo Kec. Tambakromo Kab. Pati
]Makanan Khas
Makanan khas kabupaten Pati, yaitu:
Minuman
Minuman khas kabupaten Pati, yaitu:
Oleh-Oleh
Oleh-oleh khas kabupaten Pati, yaitu:
Potensi
Selain terkenal dengan Bandeng Prestonya, Pati adalah
salah satu dari dua kabupaten penghasil buah Manggis terbesar di Jawa Tengah selain Cilacap.
§ Usaha Penggemukan Sapi,
di Desa ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar