Setiap
kali menghirup asap rokok, entah sengaja atau tidak, berarti juga mengisap
lebih dari 4.000 macam racun! Karena itulah, merokok sama dengan memasukkan
racun-racun tadi ke dalam rongga mulut dan tentunya paru-paru. Merokok
mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita mungkiri. Banyak penyakit
telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi
orang di sekitarnya.
sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang menganjal dihati saya , kenapa kita semua merokok? apakah rokok itu membuat kita kenyang seperti habis makan atau kah rokok itu menghilangkan dahada selayaknya kita minum air????? kenapa kita menyisikan setidaknya rp 10.000 setiap hari nya hanya untuk membeli rokok yang hanya akan menjadi asap, coba bayangkan jika kita menabung kan rp 10.000 itu setiap harinya,,. apakah yang kita dapat? tidak ada yang akan mengetahuinya sebelum kita melakukannya
Saat
ini jumlah perokok, terutama perokok remaja terus bertambah, khususnya di
negara-negara berkembang. Keadaan ini merupakan tantangan berat bagi upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Bahkan organisasi kesehatan sedunia
(WHO) telah memberikan peringatan bahwa dalam dekade 2020-2030 tembakau akan
membunuh 10 juta orang per tahun, 70% di antaranya terjadi di negara-negara
berkembang.
Melalui
resolusi tahun 1983, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan tanggal
31 Mei sebagai Hari Bebas Tembakau Sedunia setiap tahun.
Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti
dan dibuktikan oleh banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun
sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan
merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit
jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut,
kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi,
serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin.
Penelitian
terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari secondhand-smoke, yaitu asap rokok
yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok,
atau biasa disebut juga dengan perokok pasif.
ZAT
KIMIA
Rokok
tentu tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya, yakni tembakau. Di
Indonesia, tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat
rokok kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok
linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (chewing
tobacco atau tembakau kunyah).
Komponen
gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen
oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol, dan
kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker (karsinogen).
NIKOTIN
Zat
yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh,
meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan
menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg
yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang
ketagihan. Di Amerika Serikat, rokok putih yang beredar di pasaran memiliki
kadar 8-10 mg nikotin per batang, sementara di Indonesia berkadar nikotin 17 mg
per batang.
TIMAH
HITAM (Pb)
Timah
hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi
20 batang) yang habis diisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara
ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per
hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2
bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh!
GAS
KARBONMONOKSIDA (CO)
Karbon
Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin
dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen
yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih
kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin.
Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan
perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah perokok mencapai 4 – 15
persen. Berlipat-lipat!
TAR
Tar
adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok,
dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga
mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk
endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan
paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok,
sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg.
DAMPAK
PARU-PARU
Merokok
dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan
paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan
kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil,
terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan
lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan
kerusakan alveoli.
Akibat
perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi
paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama
terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan
penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis,
dan asma.
Hubungan
antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir
ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret,
dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan
bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.
Partikel
asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan
karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan
dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai
10-30 kali lebih sering.
DAMPAK
TERHADAP JANTUNG
Banyak
penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan penyakit jantung
koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di negara industri maju, WHO
melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di
mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei
Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat penyakit
jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat
pertama).
Merokok
menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung tersebut. Bukan
hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi
pembuluh darah otak dan perifer.
Asap
yang diembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke)
dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang
dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau
yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok
pasif.
Telah
ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak
didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih
banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan
amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya
dalam ruang setelah rokok berhenti.
Umumnya
fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO. Kedua bahan ini, selain
meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung
(miokard) sehingga merugikan kerja miokard.
Nikotin
mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen
miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang
pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah,
kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin
juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin
mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan)
ke dinding pembuluh darah.
Karbon
monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan
oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat
oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat
aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian,
CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga
mempermudah penggumpalan darah.
Nikotin,
CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding
dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Di samping
itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok,
kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih
tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.
PENYAKIT
JANTUNG KORONER
Merokok
terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak.
Risiko
terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok
dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya
usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko
merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar
lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK.
Perlu
diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang
dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat
penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh
darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer.
PPDP
yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan
sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat, sering akan berakhir dengan
amputasi.
PENYAKIT
(STROKE)
Penyumbatan
pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan
merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok
dibandingkan dengan bukan perokok.
Dalam
penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris, didapatkan kebiasaan
merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada pengidap HIV. Pada kelompok
perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan, sedangkan pada kelompok bukan
perokok timbul setelah 14,5 bulan. Penurunan kekebalan tubuh pada perokok
menjadi pencetus lebih mudahnya terkena AIDS sehingga berhenti merokok penting
sekali dalam langkah pertahanan melawan AIDS.
Kini
makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada ibu hamil,
impotensi, menurunnya kekebalan individu, termasuk pada pengidap virus
hepatitis, kanker saluran cerna, dan lain-lain. Dari sudut ekonomi kesehatan,
dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang
dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan, bahkan negara.
Penyakit-penyakit
yang timbul akibat merokok mempengaruhi penyediaan tenaga kerja, terutama
tenaga terampil atau tenaga eksekutif, dengan kematian mendadak atau kelumpuhan
yang timbul jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penurunan
produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan perusahaan, juga
beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan keluarga. Pengeluaran untuk
biaya kesehatan meningkat, bagi keluarga, perusahaan, maupun pemerintah.
KEBIASAAN
MEROKOK
Sudah
seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung
jawab dari segenap lapisan masyarakat. Usaha penerangan dan penyuluhan,
khususnya di kalangan generasi muda, dapat pula dikaitkan dengan usaha
penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan penyuluhan
kesehatan masyarakat pada umumnya.
Tokoh-tokoh
panutan masyarakat, termasuk para pejabat, pemimpin agama, guru, petugas
kesehatan, artis, dan olahragawan, sudah sepatutnya menjadi teladan dengan
tidak merokok. Perlu pula pembatasan kesempatan merokok di tempat-tempat umum,
sekolah, kendaraan umum, dan tempat kerja; pengaturan dan penertiban iklan
promosi rokok; memasang peringatan kesehatan pada bungkus rokok dan iklan
rokok.
Iklim
tidak merokok harus diciptakan. Ini harus dilaksanakan serempak oleh kita
semua, yang menginginkan tercapainya negara dan bangsa Indonesia yang sehat dan
makmur.
GERBANG
NARKOBA
Akibat
kronik yang paling gawat dari penggunaan nikotin adalah ketergantungan. Sekali
seseorang menjadi perokok, akan sulit mengakhiri kebiasaan itu baik secara
fisik maupun psikologis. Merokok menjadi sebuah kebiasaan yang kompulsif,
dimulai dengan upacara menyalakan rokok dan menghembuskan asap yang dilakukan
berulang-ulang.
Karena
sifat adiktifnya (membuat seseorang menjadi ketagihan) rokok dalam Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV) dikelompokkan menjadi
Nicotine Related Disorders. Sedangkan WHO menggolongkannya sebagai bentuk
ketagihan. Proses farmakologis dan perilaku yang menentukan ketagihan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar